JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI)
mengapresiasi langkah perbankan nasional yang belum menaikkan suku bunga
kreditnya. Meski bank sentral baru saja menaikkan suku bunga acuan (BI
rate) dan Fasbi rate sebesar 25 bps.
"Kita lihat masih secara umum tetap sama (suku bunga kreditnya).
Terima kasih kepada perbankan yang sudah mendukung terus," kata Gubernur
BI Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung BI Jakarta, Jumat
(5/7/2013).
Agus menambahkan dalam tiga hari terakhir, arus modal asing (capital inflow) juga sudah mulai masuk. Sehingga hal ini akan memberi efek positif kepada perekonomian dalam negeri.
Dengan kondisi ini, perbankan juga akan melihat bahwa kecenderungan untuk menaikkan bunga kreditnya belum perlu untuk dilakukan. Jika perbankan menaikkan bunga kreditnya, maka perbankan juga akan mendapat persaingan antarbank.
Dengan kondisi ini, perbankan juga akan melihat bahwa kecenderungan untuk menaikkan bunga kreditnya belum perlu untuk dilakukan. Jika perbankan menaikkan bunga kreditnya, maka perbankan juga akan mendapat persaingan antarbank.
Jika perbankan menaikkan bunga kreditnya, maka nasabah akan memilih perbankan lain yang memberikan bunga kredit lebih murah.
"Tapi kita akan terus monitor inflow-nya. Tapi yang utama sekarang kita fokus ke inflasi," tambahnya.
Bagaimanapun, menjaga inflasi ini penting dilakukan karena akan mempengaruhi penetapan suku bunga kredit perbankan.
Seperti diberitakan, Agus mengharapkan agar pelaku pasar memahami
kondisi global yang masih belum menentu sehingga dikhawatirkan akan
memperlambat pertumbuhan kredit.
"Kami mohon agar bunga kredit, terutama bunga kredit UMKM, tidak
naik terlalu cepat. Jika melihat kenaikan BI rate, ini demi pertumbuhan
kredit ke masyarakat juga," kata Agus saat ditemui di hotel JW Marriot
Jakarta, Jumat (14/6/2013) malam.
Memang, kenaikan BI rate ini akan memicu pertambahan suku bunga
dasar kredit (SBDK). Bila perbankan menerapkan kenaikan SBDK tersebut,
otomatis bunga kredit juga akan naik. Namun, di tengah kondisi
perekonomian global yang belum pulih, hal ini tentu saja akan menghambat
permintaan kredit di masyarakat.
"Ini yang kita dorong agar masyarakat bisa semakin tumbuh dengan
situasi global yang terjadi dengan asumsi penurunan pertumbuhan ekonomi
pada tahun ini," katanya.
Sebelumnya, Direktur BTN Saud Pardede menyatakan kenaikan suku
bunga acuan Bank Indonesia untuk tahap awal akan berpengaruh kepada suku
bunga simpanan, terutama deposito. Untuk suku bunga kredit, perseroan
masih memantau kondisi dalam tiga bulan ke depan.
"Kenaikan BI Rate akan berpengaruh kepada biaya dana kami, karena
bunga deposito akan naik. Namun, jika kami menaikkan suku bunga kredit
sedangkan bank lain tidak, ini tentunya kredit kami akan tidak laku,"
ujarnya.
Dia menjelaskan kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6
persen masih dalam perkiraan perseroan. Artinya, BTN masih bisa
mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan itu.
"Kecuali jika kenaikannya di luar perkiraan kami, hal itu akan
mempengaruhi suku bunga kredit. Kami masih melihat berbagai hal sebelum
menaikkan bunga KPR," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar